Bukittinggi – Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi kembali menggelar rapat pengelola jurnal untuk menyongsong penerbitan edisi Desember 2025 sekaligus menyamakan persepsi dalam menghadapi akreditasi jurnal. Kegiatan ini berlangsung pada Senin, 22 September 2025, bertempat di Aula Gedung Madinah dengan menghadirkan seluruh pengelola jurnal dari berbagai fakultas dan lembaga di lingkungan UIN Bukittinggi.
Rapat dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik, Dr. Afrinaldi, S.Sos.I., M.A. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya konsistensi pengelolaan jurnal sebagai representasi kualitas akademik kampus. Menurutnya, keberhasilan publikasi jurnal tidak hanya berdampak pada reputasi lembaga, tetapi juga menjadi tolok ukur komitmen UIN Bukittinggi dalam mendukung pengembangan ilmu pengetahuan.
“Jurnal adalah wajah ilmiah universitas. Kualitas dan ketepatan terbitan menunjukkan keseriusan kita dalam menjaga standar akademik. Karena itu, penyamaan persepsi dalam rapat ini sangat krusial agar seluruh pengelola berjalan pada arah yang sama,” ujar Afrinaldi.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan oleh Ketua Rumah Jurnal UIN Bukittinggi, Firdaus Annas. Dalam paparannya, ia menyampaikan bahwa agenda rapat difokuskan pada dua hal utama, yakni memastikan kesiapan publikasi edisi Desember 2025 dan membangun strategi akreditasi jurnal tahun 2025.
Firdaus menjelaskan, penerbitan edisi Desember harus berjalan tepat waktu dengan kualitas artikel yang sesuai standar nasional maupun internasional. “Kita tidak boleh lengah. Setiap jurnal harus menjaga ritme penerbitan agar penulis dan pembaca merasa percaya. Keterlambatan bukan hanya soal teknis, tapi menyangkut komitmen profesionalisme kita, apalagi akhir tahun kita didesak oleh laporan keuangan di akhir tahun” tegasnya.
Selain itu, Firdaus juga menyoroti tantangan akreditasi yang akan dihadapi sejumlah jurnal. Ia mengingatkan agar para pengelola benar-benar memahami instrumen akreditasi, mulai dari aspek substansi artikel, keterlibatan reviewer, pengelolaan OJS, hingga strategi meningkatkan akreditasi. “Akreditasi bukan sekadar administratif, tapi bentuk pengakuan atas mutu kerja akademik kita,” tambahnya.
Rapat berlangsung interaktif dengan diskusi terbuka. Para peserta menyampaikan pengalaman dan tantangan yang dihadapi, seperti menjaga kesinambungan naskah, kendala teknis pada sistem OJS, serta strategi memperluas jejaring dengan mitra akademik. Dari diskusi tersebut, lahir sejumlah rekomendasi bersama untuk memperkuat koordinasi dan komitmen menjelang akreditasi.
Kegiatan ditutup dengan penegasan kembali semangat kolaborasi seluruh pengelola jurnal. Dengan penyamaan persepsi ini, diharapkan edisi Desember dapat terbit sesuai jadwal, sementara persiapan akreditasi 2025 berjalan lebih matang.
Written by
Asrul Harahap
0 Comments